Rabu, 28 Januari 2015

RENCANA KERJA DAN SYARAT BETON PRACETAK

Pekerjaan Beton Pracetak
       
        A.   Umum
             1.        Merupakan cara pembuatan beton yang dicetak di suatu lokasi fabrikasi khusus
                          dan setelah mencapai kekuatan yang memadai, beton tersebut diangkat
                          (handling) ke tempat elemen struktur yang telah direncanakan.
2.         Elemen struktur yang dibuat dengan metode pracetak dapat berupa balok, pelat dan kolom
3.         Beton pracetak harus memiliki presisi dimensi yang tinggi.
4.         Detail pertemuan antar elemen beton pracetak harus direncanakan dengan baik agar tidak mengurangi kekuatan struktur dan mudah untuk dilaksanakan.
5.         Semua persyaratan teknis beton pracetak adalah sama dengan beton biasa kecuali yang terkait dengan metode pelaksanaan.
     

B.    Bekisting
1.        Bekisting yang digunakan harus dapat menjamin hasil yang presisi, tidak keropos maupun geripis
2.   Material bekisting dapat berupa multipleks film (phenol film multiplex) yang diberi perkuatan terhadap tekanan ke semua sisi bekisting. Perkuatan dapat berupa rangkaian rangka hollow dan rabat beton untuk sisi bawah.
3.         Permukaan bekisting harus diolesi dengan pelumas khusus dengan kualitas baik.
4.          Setelah digunakan, bekisting harus segera dibersihkan dari sisa-sisa beton. 

         C.  Tulangan besi beton
             1.    Besi beton yang digunakan harus sesuai dengan perencanaan.
2.   Pelaksana harus membuat pendetailan yang baik sebelum dilaksanakan dan diajukan kepada direksi. Jika dianggap perlu, direksi lapangan dapat meminta pelaksana untuk membuat contoh pertemuan tulangan (mock up).
3. Perubahan design tulangan yang disebabkan oleh kondisi khusus harus dengan    
          persetujuan direksi lapangan.
4. Panjang penyaluran, panjang lewatan, penjangkaran, sambungan tulangan dan
          hal-hal lain yang terkait dengan pendetailan tulangan mengikuti peraturan yang
          berlaku.
5. Posisi tulangan harus terjaga terhadap kemungkinan pergeseran akibat proses
          erection elemen beton.
6. Besi tulangan harus tetap bersih terhadap sisa-sisa pengecoran yang mungkin
          melekat saat fabrikasi beton pracetak. Sisa-sisa beton yang menempel tersebut
          harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengecoran.
7. Jika tidak direncanakan, tulangan harus dihindari terhadap tambahan tegangan
          akibat pelaksanaan pracetak beton maupun proses pemasangan dan
          pengangkatan yang tidak baik. 

          D.  Pengecoran
1.        Sebelum pengecoran dilakukan, harus diperiksa terlebih dahulu dimensi bekisting dan perkuatan telah terpasang sesuai rencana.
2.        Beton yang digunakan harus tidak boleh mengandung bahan aditif yang menghambat proses pengerasan awal beton.
3.        Pengecoran harus menggunakan bahan penggetar khusus internal (vibrator).
4.        Alat getar internal harus dihindari agar tidak merusak dan merubah presisi bekisting.
5.        Alat bantu berupa talang dapat digunakan namun harus diperhatikan posisinya supaya tidak merusak bekisting dan menggeser tulangan.
6.        Setelah proses pengecoran dilakukan, elemen pracetak harus diberikan curing yang memadai agar tidak terjadi retak susut. 

E.     Pengangkatan (Handling)
1.           Umur beton pada saat pengangkatan harus telah memperhitungkan kekuatan beton pada umur tersebut berdasarkan hasil trial mix beton dan gaya- gaya eksternal yang bekerja pada elemen struktur tersebut.
2.           Pelaksana harus memberikan perhitungan yang rinci kepada direksi lapangan mengenai kekuatan beton pada saat pengangkatan.
3.           Beton tidak diperkenankan untuk mengalami retak struktur lentur dan geser pada saat pengangkatan, kecuali diberikan perhitungan struktur tersebut masih mampu untuk menanggung beban saat service load.
4.           Pengangkatan dapat dilakukan dengan menggunakan alat angkat crane.
5.           Pengangkatan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi beban kejut yang besar dan mengakibatkan elemen pracetak tersebut retak.
6.           Pengangkatan elemen pracetak yang berat harus memperhitungkan batas kemampuan alat angkat. Perhitungan kemampuan alat angkat harus diberikan kepada direksi lapangan untuk disetujui.
7.           Titik angkat elemen pracetak harus diperhitungkan dan disampaikan kepada direksi lapangan untuk disetujui.
8.           Pengangkatan harus menggunakan alat bantu transfer beam untuk menjamin tidak adanya gaya tambahan pada elemen pracetak. 


F.      Penyimpanan (Stocking).
1.            Penyimpanan beton pracetak harus dilakukan sedemikian rupa sehingga beton tidak mengalami keretakan karena kelebihan tegangan akibat sistem penyimpanan yang tidak baik.
2.            Pelaksana harus memperhitungkan tegangan-tegangan yang terjadi dalam sistem penyimpanan. Perhitungan tersebut harus diberikan kepada direksi lapangan untuk disetujui.
3.            Jika lahan yang tersedia tidak cukup, penyimpanan beton pracetak boleh dilakukan dengan cara ditumpuk ke atas dengan titik tumpu penyangga yang segaris.
4.            Tanah lokasi penumpukan harus cukup baik agar tidak terjadi penurunan atau settlement yang besar hingga menambah tegangan pada elemen pracetak.
5.            Penumpukan harus memperhatikan urutan penggunaan elemen pracetak.
6.            Penyangga dapat berupa kayu kaso yang relatif lurus (tidak bergelombang).
7.            Beton pracetak yang telah disimpan harus ditandai dengan sistem kode tertentu agar tidak tertukar dengan elemen pracetak yang lain.



g.    Proses Pemasangan (Install)
1.             Sebelum dilakukan proses install, harus dipasang support yang memadai.
2.             Support yang dibuat harus mampu untuk menahan beban vertikal yang terjadi dan memperhatikan kekuatan tanah sehingga tidak terjadi penurunan tanah yang besar.
3.             Penyusunan support harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dijamin kestabilan terhadap goyangan dan lendutan elemen pracetak dapat dikendalikan.
4.             Pelaksana harus memberikan perhitungan supporting kepada direksi lapangan.
5.             Elemen pracetak yang dipasang, harus tepat berada di lokasi yang telah direncanakan. Jika terjadi kesalahan lokasi, maka pelaksana harus membongkar dan menggantinya dengan yang benar.
6.             Elemen pracetak yang dipasang harus presisi terhadap lokasi dan tegak lurus.
7.             Selama proses pemasangan, harus dihindari benturan dengan elemen pracetak yang lain yang mengakibatkan permukaan beton pecah. Jika hal ini terjadi, maka pelaksana harus memperbaiki permukaan beton tersebut.

8.             Proses pemasangan tidak boleh menyebabkan adanya tambahan tegangan yang tidak diperhitungkan terhadap beton maupun besi tulangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar