1. Persiapan
a. Penetuan alat pancang yang digunakan
Peralatan pancang yang digunakan harus mempunyai efisiensi dan energi yang memadai
Berikut ini tabel kesesuaian tiang pancang dan alat pancang :
b. Rencanakan final set tiang pancang untuk menentukan pada kedalaman dimana pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final set).
c. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangannya.
d. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
2. Produk Tiang Pancang
Untuk produk tiang pancang banyak sekali yg ada dipasaran indonesia mulai dari spun pile, square pile, Triangle Pile, Sheet Pile, dll
Berikut tabel Produ Tiang Pancang.
a. Spun Pile
b. Square Pile
3. Mobilisasi Tiang Pancang
Untuk mobilisasi tiang pancang bisa dilakukan melaui darat ataupun alat untuk mencapai proyek untuk alat transportasi biasanya menggunakan pontoon, trailer maupun boogy, tentunya sebelum menentukan alat apa yg digunakan kita harus melakukan pertimbangan terlebih dahulu untuk kelebihan dan kekurangan baik melalui darat ataupun laut.
4. Proses Pemancangan
a. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik pancang yang telah ditentukan.
b. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap tiang.
c. Tiang didirikan disamping “driving lead” dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
d. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telah ditentukan.
e. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang “backstay’ sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul - betul vertikal.
f. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan ‘center gate” pada dasar “driving lead” agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.
g. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontinyu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.
h. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk penyambungan batang berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.
a. Penetuan alat pancang yang digunakan
Peralatan pancang yang digunakan harus mempunyai efisiensi dan energi yang memadai
Berikut ini tabel kesesuaian tiang pancang dan alat pancang :
- Tabel diatas memberikan rekomendasi secara umum untuk diesel hammer.
- Pemilihan jenis hammer secara tepat harus memperhitungkan panjang tiang, daya dukung tiang dan kondisi tanah.
b. Rencanakan final set tiang pancang untuk menentukan pada kedalaman dimana pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final set).
c. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangannya.
d. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
2. Produk Tiang Pancang
Untuk produk tiang pancang banyak sekali yg ada dipasaran indonesia mulai dari spun pile, square pile, Triangle Pile, Sheet Pile, dll
Berikut tabel Produ Tiang Pancang.
a. Spun Pile
b. Square Pile
3. Mobilisasi Tiang Pancang
Untuk mobilisasi tiang pancang bisa dilakukan melaui darat ataupun alat untuk mencapai proyek untuk alat transportasi biasanya menggunakan pontoon, trailer maupun boogy, tentunya sebelum menentukan alat apa yg digunakan kita harus melakukan pertimbangan terlebih dahulu untuk kelebihan dan kekurangan baik melalui darat ataupun laut.
4. Proses Pemancangan
a. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik pancang yang telah ditentukan.
b. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap tiang.
c. Tiang didirikan disamping “driving lead” dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
d. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telah ditentukan.
e. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang “backstay’ sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul - betul vertikal.
f. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan ‘center gate” pada dasar “driving lead” agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.
g. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontinyu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.
h. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk penyambungan batang berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.
Proses
penyambungan tiang :
- Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan pada batang pertama.
- Ujung bawah tiang didudukkan di atas kepala tiang yang pertama sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berimpit dan menempel menjadi satu.
- Penyambungan dilakukan dengan pengelasan penuh di sekeliling pertemuan kedua pelat ujung.
- Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat. selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.
i. melaksanakan kalendering pada saat hampir mendekati top pile yang disyaratkan, Final Set 3 cm untuk 10 pukulan terakhir, atau bisa dilihat dari data bore log.
j. Pemancangan
tiang
dapat
dihentikan
(selesai)
bila
ujung
bawah
tiang
telah mencapai
lapisan
tanah keras/final
set yang ditentukan.
h. Pemotongan
tiang
pancang
pada
cut off level yang ditentukan sesuai
shop drawing
Terima kasih ilmunya
BalasHapus